Selasa, 08 November 2016

Justice

Alasanku menjadi seorang hakim adalah satu "menegakkan keadilan" memang itu tugas seorang hakim kan? Sejak kejadian itu aku bertekad untuk menjadi seorang hakim dari universitas terkenal di negri ini.

Kejadian itu membuatku sadar, bahwa keadilan di negri ini butuh di benahi.

2012

Sekarang sedang ujian akhir semester, aku melihat anak majikan mencontek. Jelas-jelas di sekolah kami, kalau mencontek akan di D.O atau kemungkinan terbaiknya tak akan naik kelas.

Ia melihatku dan menutup contekannya, aku tetap menatapnya lalu aku kembali mengerjakan soalku. Ia adalah anak dari hakim terkenal di negri ini, dan ibuku hanya asisten rumah tangganya saja.

Kami sudah mengabdi selama 15 tahun, mereka sudah menganggap kami seperti keluarga sendiri, begitupun juga dengan mereka. Makanya, aku disekolahkan di sekolah yang sama oleh anaknya yang benar-benar menyebalkan.

Sukanya berfoya-foya dan membully orang seenaknya, ia tak pernah melakukan bullying padaku karena permintaan ayahnya. Tapi, ia selalu bersikap tidak menyenangkan padaku.

Beberapa bulan kemudian setelah Ujian Akhir Semester berakhir, kami mengambil rapor dan ia mendapat peringkat tertinggi.

Orangtuanya sangat bangga atas kecurangan anaknya, maka mereka membuat pesta untuk merayakannya bersama teman-teman satu gengnya dirumah.

Aku membantu ibu menyiapkan semuanya,

"Joo Hyuk, mau ikutan main kembang api?" Tawarnya, aku menerimanya,

Kami memulai untuk menyalakan api agar kembang apinya bisa meluncur ke langit malam, lalu saat bermain sekarang gilirannya menyalakan kembang api.

Setelah dinyalakan, kembang api itu tidak menyala,

"Duh.. kok gak nyala sih?" Ia mencondongkan kembang api ke matanya, tak butuh tiga detik. Kembang api meluncur ke matanya dan matanya terluka.

"AAAKHHH TOLOOOONGGG!!!" Serunya,

Kami bahu membahu membantunya dan membawanya ke rumah sakit terdekat, dokter memvonis mata kirinya mengalami kebutaan permanen dan harus segera diambil.

Ayahnya bertanya siapa yang melakukan itu, ia langsung menunjuk kearahku " Ayah.. Joo Hyuk yang melakukannya.. ia tak memberitahu kalau kembang apinya tak bisa dinyalakan.." Aku langsung terkejut.

"Bagaimana bisa? Aku sedang bantu ibu dan saat kalian ingin bermain kalian langsung mengajakku. Kalau aku sengaja melakukan itu, pasti aku tidak akan membantu ibu!" Bisa-bisanya dia memfitnahku.

"Benar itu?" Tanya ayahnya pada teman-teman majikanku, 

"Benar itu paman.." Jawab mereka,

"Yaampun.. itu tidak benar! Saya tidak melakukan itu, walaupun saya tidak menyukai putri bapak. Saya tidak akan tega melakukan itu!" Seruku, 

"Maaf, tapi saya lebih percaya pada putri saya.." Ucap majikanku,

"Tapi tuan.. putri saya sungguh-sungguh tidak melihatnya.. saya sempat melihat putri saya sedang membantu saya. Lalu saya melihat, putri bapak mengajak anak saya bermain kembang api dan sengaja menaruh kembang api tepat di mata kirinya." Bela ibuku,

"Bohong ayah!" Seru Soo Ah,

Setelah kejadian itu ibuku di pecat dan kami pulang kampung, aku tahu alasan mengapa Soo Ah melakukan itu padaku.

Karena aku melihatnya mencontek.

Aku tidak berkecil hati, yang ku lakukan benar, yaitu membuat hatiku tergerak. Sejak itu, aku berusaha agar tak di remehkan oleh siapapun dan apapun yang kulakukan berarti di mata mereka.

-----------------------------------------------

Cerita pendek ini terinspirasi dari drama I hear your voice, di post selanjutnya saya akan membahas tentang pengertian manusia dan keadilan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar